Oleh: yukez | Mei 15, 2014

Mengajar penjas harus kreatif ?


Sarana prasarana terbatas. Jangan mengatasnamakan guru penjas harus kreatif dong !

penjasorkes-zone.blogspot.com

Sewaktu saya masih anak-anak cita-cita saya adalah antara ingin jadi tentara atau jadi guru. Sekarang Tuhan menjawab cita-cita saya …sekarang saya jadi guru. Tapi tidak pernah terbayangkan bakal jadi guru penjas/Guru olahraga.

Masih seputar cerita masa kecil dulu ya bray…sabar dikit deh kalau mau baca cerita intinya hehe. Jadi sewaktu masih kecil tepatnya ketika masih duduk di bangku SD saya sangat menyenangi pelajaran olahraga. Alasannya kenapa saya menyukai pelajaran olahraga antara lain :

  1. Guru olahraganya asik, lulusan SGO , jadi ngajarnya lumayan seru dan meyakinkan.
  2. Lapangan olahraga/ halaman di sekolah saya cukup luas , bahkanlebih luas dari luas bangunan sekolah maklum sekolah di desa masih banyak lahan kosong.
  3. Pelajaran olahraga bagi saya adalah pelajaran yang bisa mengekspresikan diri (sadar setelah dewasa apa itu “mengekspresikan diri”).

Tapi setelah sekarang saya menjadi guru olahraga saya tersadar ternyata sulit juga ngajar olahraga, sulit ngajar sesuai dengan tuntutan kurikulum. Setelah saya pikir-pikir yang membuat sulit ngajarn olahraga antara lain :

  1. Sarana yang minim khususnya ngajar di daerah perkotaan yang kadang sekolah tidak memiliki lapangan. Ini saya alami sewaktu ngajar sebuah Sekolah Dasar (SD) di Bandung. Pusingnya sampai ke ubun-ubun. Harus mikir ngajar apa dengan kondisi lapangan yang sempit, sudah sempit lapanganpun berada di tengah-tengah bangunan sekolah yang secara langsung cukup membatasi ruang gerak anak-anak khusunya saat pelkajaran penjas. Selain terbatasnya ruang gerak anak, kegiatan pelajaran olahragapun cukup mengganggu kelas lain karena teriakan anak-anak begitu jelas terdengar ke kelas lain.
  2. Tuntutan Guru harus kreatif.

Guru penjas dituntut harus kreatif dengan sarana dan prasarana yang ada di sekolah tersebut. Saya lantas bertanya-tanya dalam hati, kok pemerintah mendirikan sekolah terkesan asal mendirikan saja. kenapa pemerintah tidak memikirkan sarana prasarana untuk pembelajaran penjas/ olahraga? JAWABAN dari para pengawas atau kepala sekolah yang katanya mewakili pemerintah yaitu begini nih…” Guru penjas harus kreatif, pembelajaran penjas harus bisa berlangsung dan kompetensi siswa harus tercapai walaupun dengan sarana dan prasarana yang terbatas. Kalau tidak ada bola kasti atau bola softball kan bisa membuata bola dari kertas yang di buat sedemikain rupa , bulkat sehingga mirip bola kasti atau bola softball. Pemukul kasti atau softball juga kan bisa di buat dari kayu atau bambu yang penting bisa untuk memukul”. Maka mendengar pernyataan itu guru penjas hanya bisa menganggukkan kepala.Oh..iya juga ya. Harus kreatif , harus bisa mencipatakan alat sendiri yang penting tujuan pembelajaran tercapai, titik !

Hm….Bagi saya pemecahan masalahnya bukan seperti ituinti masalahnya bukan Cuma itu, iya sih alat atau prasarana bisa dibuat dengan kreatifitas guru penjas akan tetapi yang menjadi pertanyaan adalah mana tanggung jawab pemerintah untuk memajukan pendidikan di negeri ini ??? sudah berapa tahun k,ita merdeka??? Masih pantaskah alat-alat olahraga untuk pembelajaran di sekolah di buat oleh guru penjas dengan asumsi bahwa alat yang di buat mirip dan kompoetensi pembelajaran tercapai ? mau sampai kapan begitu terus?? Negara-negara tetangga yang umur merdekanya lebih muda dari negara kita sudah maju lho, sudah menggunakan alat/sarana yang sesungguhnya. Masihkan kita mengajarkan sepak bola kepada siswa kita dengan jeruk bali??? ( hahaha..jeruk bali enaknya di makan dong bukan di tendang tendang hadeuhhh). Atau kertas yang di buat bulat sesuai ukurannya dan menyerupa bola? Lalu dimana ketercapaina kompetensi pembelajarannya???

Saya coba jelaskan hubungan antara ketercapaian kompetensi dengan alat olahraga yang katanya hasil kreatifitas guru penjas.

Misalnya Guru penjas mengajarkan sepakbola dengan bola kertas atau bola plastik.

  • Belajar teknik passing/mengumpan/mengoper.

Kompetensi yang akan dicapai adalah “siswa mampu meloakukan passing atau operan bola denga baik dan benar”.

Bola dari kertas itu lajunya tidak teratur, berbeda dengan bola aseli untuk sepak bola. Bola kertas ketika di tendang mungkin lajunya tidak akan sampai ke target atau bahkan melenceng karena permukaan bola kertas tidak mulus dan tidak rata. Jadiiii…tercapaikah tujuan pembelajaran??? Ya tidak dong !!!! (makin bodoh saja anak-anak bangsa ini) kalau begini terus kapan majunya sepakbola kita? Ini hanya pembahasan dangkal lho.

Demikian pula kalau bolanya dari bola plastik buatan pabrik yang banyak di jual di warung warung. Bola plastik itu ringan kalau di oper/passing ke teman satu tim sulit sekali tepat di terima oleh kawan satu tim. Bola melenceng dan tak tentu arah saking ringannya. Bahkan jika bola juga di tendang dengan keras kemungkianan arah bola melenceng/melengkung seperti tendangan pisang. Tercapaikah kompetensi pembelajaran???? Ya gak tercapai lah….(pembodohan bukan???).

  • Belajar tenis meja.

Katakanlah kembali..guru penjas harus kreatif. Bisa kok belajar tenis meja/pingpong dengan alat sederhana, misalnya belajar pingpong dengan meja belajar yang ada dikelas. Ok..ini meja kita satukan misalnya empat meja jadi satu. Sim salabim….jreng jreng…jadilah meja pingpong hasil kreatifitas guru penjas. Trus …bolanya bagaimana? Kembali…buat bola dari kertas yang di remas remas jadi bulat trus di ikat karet sehingga bula dan besarnya sebesar bola pingpong. Maka jadilah bola pingpong hasil kreatifitas. Truss dipake belajar tuh bola pingpong hasil kreatifitas. Apa yang terjadi? Yang terjadi adalah bola bisa dipukul atau di pingpong. Tapi pantulan bola bagaimana ??? jangankan memantul, bola bahkan melewati net pun akan sulit. Maka bola akan sering menabrak net ( netnya dari papan lagi ..hadeuhhh). Tercapaikah kompetensi pembelajaran ? yang ada hanyalah pembelajaran yang penuh dengan canda/guyonan karena bola dipukul tak tentu arah…capeeee dehhh…

Lantas…kapan majunya pendidikan negeri ini? Sudah tak mampukah negara ini menyedikan sarana prasarana sekolah yang standar ???? cukupkah belajar dengan alat hasil kreatifitas ? lalu kompetensi yang mana yang bisa tercapai???


Tanggapan

  1. tks bray, masukannya semoga bisa sesuai dengan hati nurani keguruan dan kebutuhan… amien


Tinggalkan komentar

Kategori